My Grateful Life (5 Fakta Tentang Diri Sendiri)


Waktu travelling ke Bandung, salah satu momen terbaik bersama keluarga.

Butuh waktu agak lama bagi saya untuk memposting tulisan ini. Bukan karena sulit sih, tapi agak ragu. Bercerita tentang diri sendiri sifatnya sangat subyektif bagi saya. Takutnya yang saya tulis bukan tentang diri saya sendiri. Semoga nggak jadi hoax ya.. wkwkwkwk…


Jadi dari semua lintang pukangnya kehidupan saya, berikut 5 fakta besar tentang saya :

1. Travelling dan Merantau ke Medan

Pernah menjadi anak muda yang galau, saya nekad merantau ke Medan. Menerima banyak kritikan dari keluarga karena hidup saya diambang kebangkrutan, saya malah berontak, inginnya sih membuktikan saya pasti bisa sukses tanpa keluarga.

Hampir semua sudah saya rasakan, makan sekali sehari, jalan kaki berkilo-kilometer, susah senang sendiri. Waah, kalau diceritain sekarang udah bisa jadi buku.

Hikmah yang paling manis adalah saya belajar banyak untuk menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan saya menyesali semua kesalahan yang pernah saya buat kepada keluarga, terutama ibu. Tidak ada tempat kembali yang lebih baik kecuali rumah.

Tapi saya tidak menyesal pernah ke Medan. Sampai sekarang saya selalu terngiang-ngiang ucapan banyak teman di sana, “Tidak semua perantau bisa betah lama tinggal di sini.” And yeah, I feel so lucky then..

By the way, tentang Medan saya akan ceritakan di postingan lain ya, I promise!

Hidup sendiri di tanah orang menumbuhkan hobi baru, travelling. Di Medan saya jarang menghabiskan liburan di rumah. I had to go somewhere. Meski cuma yang dekat-dekat Medan, seperti Berastagi, Samosir, Aceh, atau Nias. Travelling memperkaya hati, membuat rasa syukur saya bertambah tiap detiknya.

Kemana-mana bersama.

2. Kemana-mana Bersama Keluarga

Ini keseharian saya sekarang, ibu rumah tangga yang super sibuk dengan keluarga kecil; terdiri atas suami dan satu anak. Serta adik yang baik dari 3 orang kakak, dan masih tinggal di tempat orangtua.

Saya bekerja mengurus keluarga dan rumah sendiri, tanpa bantuan asisten rumah tangga, atau orangtua. Jadi kemana-mana anak harus ikut karena dia belum bisa lepas dari mamaknya. Kalau anak ikut, bapak pun harus ikut. Mau jalan-jalan, belanja, olahraga, reunian, sampai nonton konser kami selalu bersama. Jadilah kami satu paket keluarga yang tak terpisahkan, wkwkwkw..

Nggak apa-apalah, supaya bonding kami makin kuat. Moga-moga setelah si tole besar nanti, dia akan selalu ingat keluarganya, betapapun jauh dia berjalan.

Mencicipi Kopi Wamena.

3. Kopi, Musik dan Buku

I’m a coffee person. Saya suka Piccolo, kopi mirip latte yang lebih banyak racikan kopinya, ketimbang susu. Sejak mengenal Piccolo ini saya nyaris tidak menyentuh latte, cappucinno, dan sejenisnya.


Minum kopi enaknya sambil dengar musik. Dari kecil saya terbiasa dengan musik pop, rock and roll, dan R n B. Setelah beranjak dewasa, telinga saya mulai akrab dengan classic rock, alternative, swing, jazz dan blues. Dan kini, saya lebih tenang dengar musik indie.


Dan sepertinya hidup saya tidak bisa dilepaskan dari buku. Saya dan suami adalah kutu buku. Saat pindah dari Medan ke Jakarta, sebagian besar koper kami berisi buku. Itu pun masih ada yang tertinggal di Medan. Kami juga membuka toko buku kecil-kecilan lewat pasar online.

4. Film dan Sepakbola

Saya pernah bercita-cita jadi produser dan sutradara. Wkwkwk, gara-gara kebanyakan nonton film indie pas kuliah. Emang nggak kesampean sih, kuliahnya mihil.. alatnya pun mihil, nggak kebeli sama saya saat itu. Tapi lumayanlah, pas kerja bisa ketemu sama komunitas film dan ikutan nggarap beberapa film dokumenter dan film pendek.

Nah, kalau jadi suka sepakbola, gara-garanya saya suka lihat pemain bola Italia yang kece-kece. “Soccerbabe”, begitu dulu mereka mengistilahkan para penggemar sepakbola berjenis kelamin perempuan.

Tapi seiring berjalannya waktu, saya pun mulai menyukai permainannya. Taktik, gaya bermain, profil pemain dan manajer, bisnis dan budaya sepakbola selalu menjadi hal menarik untuk disimak. O iya, btw saya Manchunian (fans Manchester United), kamu apa?

www.canva.com

5. Once a Journalist, Always a Journalist

Dunia tulis menulis agaknya nggak bisa lepas dari diri saya. Enam tahun lintang pukang di dunia media sampai akhirnya resign dari kantor karena mengurus anak. Tapi dalam hati saya nggak pernah resign menjadi jurnalis.

Padahal kalau saya mau, banyak pekerjaan lain yang bisa saya lakukan dengan serius, tapi akhirnya balik lagi ke depan monitor laptop.

Well, that’s it from me.. Dari semua itu saya bersyukur telah melaluinya dan mencapai tahapan saat ini. Kekurangan? Masih banyak pastinya, saya manusia yang tidak lepas juga dari khilaf. Semoga selalu diingatkan.

Senang juga bisa mengikuti tantangan menulis ini dan mengenal pribadi teman-teman blogger lainnya. Nice to know you guys.. Semoga postingan kali ini membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik ya..






Comments