Berfoto bersama saat liburan. |
Anak saya baru saja ulang tahun pertengahan bulan
ini. Empat tahun sudah usianya sekarang. Dan sudah empat tahun pula saya dan
suami membesarkan dan mendidiknya full time. Tanpa asisten rumah tangga, tanpa
bantuan orangtua.
Sejak masih di dalam perut, saya memang sudah mengabdikan
diri di rumah. Faktor kesehatan tidak memungkinkan saya untuk bekerja di
kantor. Kala itu dokter menyarankan saya untuk berhenti bekerja sementara,
karena di perut saya ada miom atau tumor jinak, yang sangat mengganggu proses
kehamilan.
Setelah anak saya lahir, saya memutuskan tidak meneruskan
karir di kantor. Saya dan suami memang menginginkan pendidikan rumah yang
terbaik untuk anak. Berat banget sebenarnya melepas karir, apalagi saat itu
saya sedang menuju puncak.
Ya, resign adalah pilihan yang teramat sulit. Tapi ketika
melihat mimik wajah anak saya yang masih bayi dengan matanya yang selalu
berbinar-binar kalau saya goda, saya jadi trenyuh. Sejak saat itu, saya
bertekad untuk selalu ada di dekatnya.
Kadang ada rasa iri, apalagi kalau lihat teman seangkatan
yang sudah menjadi manajer A, direktur B, atau melanglang buana ke Eropa,
Amerika. Tapi kebaperan itu sementara saja, melihat pertumbuhan anak saya dari
bulan ke bulan secara langsung, melihat caranya berbicara, bertingkah laku, bahkan
bersikap seperti orangtuanya, membuat saya semangat. Karir memang penting,
namun bagi saya merawat dan mendidik anak pun tak kalah penting, proyek dunia yang
bisa membawa orangtuanya ke surga.
Anak ibarat selembar kertas putih, yang bisa kita isi
dengan goresan apapun. Kedekatan orangtua sangat berpengaruh pada isi kertas
tersebut. Semakin kita dekat dengan anak semakin dia mudah untuk dididik. Asal
kita memahami karakter anak, menyampaikan dengan cara yang baik, dia akan mudah
memahami maksud kita.
Namun, meskipun saya berada 24 jam di dekatnya, tantangan
mendidik itu tetap ada. Karena di rumah saya tidak hanya mengurus anak, ada
juga suami, dan berbagai pekerjaan rumah tangga yang menuntut peran saya.
Saya
harus bisa membagi waktu, menjadi ibu yang multitalented, sekaligus
multitasking yang bisa mengerjakan 3 sampai 5 hal sekaligus.
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan untuk menjaga
kedekatan dengan anak :
1. Mengajak
Diskusi dan Ngobrol
Si kecil yang sudah semakin besar, mau tidak mau harus mulai
mengikuti ritme saya. Tak jarang dia menangis, memohon supaya saya berhenti
memasak supaya saya bisa bermain dengan dia. Sedih sih kalau nggak bisa
memenuhi. Tapi kalau sudah begini saya coba duduk berdua dengan dia, berdiskusi
seperti layaknya orang dewasa.
Saya sudah mengajak dia ngobrol sejak bayi, bahkan
sejak masih dalam kandungan. Ngobrolnya serius sampai bercanda, dan saya
hindari untuk berbohong. Awalnya waktu masih bayi, ia terplongo-plongo
takjub melihat gerak bibir saya.
Setelah mengerti sedikit kata-kata, dia baru bisa
mengikuti kata-kata saya, tanpa mengerti maknanya. Makin lama ia makin
mengerti, meski baru 50 sampai 60 %. Tapi buat saya itu perkembangan yang luar
biasa. Karena ia mulai mengerjakan apa yang selalu saya ucapkan.
Susunan mobil yang diatur anak saya ini tidak boleh bergeser tempatnya. |
Misalnya, “Nak,
setiap habis main dibereskan ya mainannya.” Saya mengucapkan ini semenjak ia
mulai punya beberapa mobil mainan, usianya sekitar 1 tahun. Saat itu dia belum
mengerti. Sekarang, sering tanpa disuruh ia membereskan sendiri mainannya,
bahkan kadang letak mobil-mobilannya yang sudah ia susun di lemari pun tidak
boleh digeser siapapun.
2. Sering
Ngobrol dan Ikut Bermain
Sesibuk apapun, saya berusaha menyisihkan waktu untuk
bermain dengannya. Meski cuma 5 sampai 15 menit, saya kadang mengikuti maunya
untuk bermain mobil-mobilan, main bola, menggambar, atau membacakan cerita sebelum tidur.
Bermain bola menjadi salah satu kesenangan anak saya. Sebagai orangtua, kami harus siap menemaninya bermain, baik lama atau sebentar. |
Ada kalanya saya tidak bisa menemaninya bermain, dan dia
lebih memilih nonton TV atau Youtube. Saya mengizinkan aktivitas ini sambil
mengawasi materi tontonannya. Sesekali sambil masak saya ajak ngobrol tentang
film yang ditonton.
3. Membiarkan
Anak Ikut Aktivitas Kita
Si kecil pun sangat antusias mengikuti aktivitas pekerjaan
orangtuanya. Terutama aktivitas outdoor, seperti olahraga, menjemur pakaian, dan
menyiram tanaman. Saya akan membiarkannya, dan sesekali melibatkannya untuk
membantu. Ia merasa senang berada di luar rumah, menghirup udara segar, lari
sana-sini, dan memperhatikan apapun yang ada di sekitarnya, seperti pepohonan,
ulat, kupu-kupu.
Berolahraga bersama. Mengajak anak beraktivitas outdoor, selain menyehatkan juga mengikat kedekatan anak dengan orangtuanya. |
Bonding emosional kami pun semakin kuat saat dia mulai
membantu. Saya sering mengajaknya ngobrol sambil membantu pekerjaan saya. Bahwa
pekerjaan saya boleh jadi akan menjadi tugasnya nanti kalau ia sudah besar. Dia
pun merasa senang, karena saya banyak memujinya karena sudah bisa mengangkat
ember berisi cucian, menggantung baju, dan lainnya.
4. Memberi
Pelukan dan Ciuman
Jika ia sudah merasa senang, ia akan meminta saya
gendong, peluk, dan menciumnya. Meski sudah mulai besar, saya tidak keberatan
untuk menggendongnya. Saya percaya kehangatan pelukan seorang ibu akan
menenangkannya hingga berkali-kali lipat.
Membuatnya merasa dicintai,
dilindungi, dan akan menjadi kehangatan yang ia ingat hingga ia besar kelak.
Saya ingin pelukan saya menjadi hal yang paling ia ingat dari ibunya.
5. Berikan
yang Terbaik untuk Anak
Sama seperti ketika dia sedang menangis atau sakit.
Sebagai orangtua saya akan memberikan yang terbaik untuk anak. Termasuk saat
anak mulai demam karena kelelahan atau mulai flu. Saya selalu sedia Tempra,
obat penurun panas dengan rasa anggur yang manis dan disukainya.
Tempra ini mengandung parasetamol yang secara aman dapat
menurunkan panas dan tidak menyebabkan iritasi lambung dan mempengaruhi fungsi
ginjal. Dalam penggunaannya, Tempra ini tidak perlu dikocok karena sudah larut 100 %.
Tempra memiliki 3 varian, Tempra Drops rasa anggur dengan parasetamol 80 mg/0.8 ml, untuk
anak usia 0-1 tahun. Tempra Syrup, yang juga rasa anggur dengan komposisi parasetamol 160 mg/5 ml untuk anak 1-6 tahun. Dan
Tempra Forte rasa jeruk dengan paracetamol 250 mg/5 ml untuk anak di atas 6 tahun. Dosis yang diberikan tidak menimbulkan overdosis atau kurang dosis.
Selain obat, asupan makan pada saat anak sakit juga harus
yang bergizi. Saya mengupayakan makan-makanan bersih yang diolah sendiri di
rumah. Sayur, buah, daging, dan susu harus dikonsumsi seimbang.
MSG? No way.. Saya
tidak mengizinkan anak saya jajan makanan yang banyak mengandung MSG. Untuk anak,
semua harus yang terbaik.. Ya nggak Ibu-ibu?
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Tempra OK banget ya mbaaa
ReplyDeleteIya mbak, untuk jaga-jaga kalau si kecil demam dan tumbuh gigi... Terima kasih ya Mbak, udah mampir ke blog saya..
Deletekeren tulisannya.....
ReplyDeleteterima kasih.. :)
DeleteKalau anaknya udah gede gitu enak ya. Udah lebih ngerti kalo aktivitas bareng. 😁
ReplyDeleteAlhamdulillah Mbak.. tapi harus siap-siap fisik deh, kejar-kejaran terus sm dia tiap hari.. hehehe
ReplyDeletesi kecil emang perlu selalu dalam kasih sayang orang tua, seperti tempra ya mbak selalu ada di rumah.
ReplyDeleteIya Koh.. bener banget, apalagi saat masa pertumbuhan seperti skrg.. kalau udh sakit orgtua suka panik. Makanya wajib bgt sedia obat di rumah
Delete