Secangkir kopi tubruk yang saya nikmati di warung kopi. |
Selamat pagi.. Di hari-hari yang dingin ini Instagram
saya selalu dipenuhi dengan postingan para pecinta kopi. Mostly, mereka memilih
kopi hitam. Saya tak heran. Di antara olahan kopi modern, kopi hitam masih memiliki
pamor. Karena hobi kopi Indonesia berawal dari seduhan kopi tubruk di warung
kopi.
Kopi hitam atau yang akrab dibilang kopi tubruk menjadi budaya yang mengakar dari zaman old nenek moyang kita hingga zaman now. Iyalah ya.. kalau nggak ada kopi hitam, orang mungkin tidak tergerak untuk menciptakan teknik penyeduhan dan penyajian kopi lainnya.
Kopi hitam atau yang akrab dibilang kopi tubruk menjadi budaya yang mengakar dari zaman old nenek moyang kita hingga zaman now. Iyalah ya.. kalau nggak ada kopi hitam, orang mungkin tidak tergerak untuk menciptakan teknik penyeduhan dan penyajian kopi lainnya.
Saya pecinta kopi sejak kecil. Mamah adalah tokoh sentral
yang menginspirasi saya tentang kopi, terutama kopi hitam. Awalnya karena saya
tidak begitu suka susu putih, lalu Mamah menyampur susu dengan kopi, rasanya
pun jadi enak.
Saban sore kami sekeluarga menikmati minuman hangat dan
cemilan. Teh atau kopi dihidangkan. Kalau Mamah lagi pengin ngopi, ya saya
pasti ikut icip-icip dari gelasnya. Dan.. Saya pun ketularan suka kopi hitam.
Menikmati Java Latte sambil mengetik. |
Sampai saya besar. Waktu lagi serius-seriusnya ujian
akhir di SMP, Mamah bangunin saya jam 2 pagi hanya untuk sholat tahajud dan
belajar. Beliau rela begadang nemenin saya, plus sedia segelas besar kopi
hitam. Kadang saya pun minta tambah!..
Kalau udah dengar kompor dinyalakan, air dijerang, dan..
"klinting-klinting.." Dentingan suara gelas diaduk, tanda Kopi Kapal Api kesukaan keluarga kami siap terhidang di meja saya. Saya tidak bisa
tertidur lagi. Aromanya yang menggugah mood bikin mata melek. Bahkan sebelum minum kopinya.
Setelah besar pengetahuan kopi saya bertambah. Saya jadi suka hampir semua jenis olahan kopi. Espresso, Cappuccino, Piccolo, Latte, dan banyak lagi jenis lain saya suka. Tapi lidah saya memang lidah Indonesia. Tak lepas juga dari kopi tubruk.
Kopi Kapal Api membangkitkan kenangan dari berbagai pelosok tempat yang sudah saya kunjungi.
Setelah besar pengetahuan kopi saya bertambah. Saya jadi suka hampir semua jenis olahan kopi. Espresso, Cappuccino, Piccolo, Latte, dan banyak lagi jenis lain saya suka. Tapi lidah saya memang lidah Indonesia. Tak lepas juga dari kopi tubruk.
Kopi Kapal Api membangkitkan kenangan dari berbagai pelosok tempat yang sudah saya kunjungi.
Saya pernah mewawancarai para pelaku illegal logging
dalam sebuah liputan investigasi. Mereka awalnya dingin, menatap dengan rasa
curiga. Wawancara itu pun diawali dengan ngopi bersama di warung. Ketegangan
mencair, obrolan pun bergulir.
Nikmat Kopi Kapal Api yang kami teguk bersama saat itu membuat suasana lebih akrab, apalagi hawa dingin pegunungan yang menusuk kala itu. Minum kopi jelas lebih enak.
Nikmat Kopi Kapal Api yang kami teguk bersama saat itu membuat suasana lebih akrab, apalagi hawa dingin pegunungan yang menusuk kala itu. Minum kopi jelas lebih enak.
Selanjutnya kopi menjadi “ritual” saya. Semasa tinggal di
Medan saya sering ngopi di warkop. Bergabung dengan komunitas bapak-bapak mulai
tukang becak, loper koran, sampai pegawai kantoran seperti saya. Dari sini saya
tahu kopi bukan hanya membangkitkan mood dan semangat. Kopi adalah tradisi,
budaya yang melekat di tengah hiruk pikuk kesibukan masyarakat Indonesia.
Rata-rata masyarakat warkop ngopi di pagi hari, sebelum
aktivitas dimulai. Sama sebenarnya dengan masyarakat kantoran yang doyan ngopi
pagi juga. Tapi bedanya, di warkop ada gorengan, sarapan kecil seperti nasi
kucing, koran baru dan teman debat politik. Hahaha…
Dan saya pun bersyukur Kopi Kapal Api memiliki
varian-varian berbeda yang bisa jadi teman saya menulis. Inspirasi lancer, otak
pun tokcer. Pilihan utama saya tetap kopi hitamnya. Tapi saya pun jatuh cinta
dengan kenikmatan varian Java Latte, white coffee dan Kopi Susu.
Apa istimewanya sih Kopi Kapal Api? Selama bertahun-tahun
Kapal Api menjaga kualitas produknya dan berkembang dengan inovasi-inovasi produk
yang mengikuti selera pasar.
Kapal Api menggunakan biji kopi Arabika dan Robusta
terbaik yang sudah diseleksi secara ketat.
Biji kopi kemudian akan melalui tahap mix and roasting
untuk menentukan karakter, aroma, dan cita rasa kopi. Tahapan ini juga
mengurangi kadar air dalam biji kopi. Makanya, aroma dan cita rasa Kapal Api
lebih kuat.
Lalu biji kopi akan didinginkan di dalam mesin khusus,
agar aroma dan rasanya lebih enak. Nah, setelah biji kopi suhunya menurun baru
dimulai proses grinding, atau penggilingan sampai halus.
Dalam inovasinya, produsen Kopi Kapal Api, PT Santos Jaya
Abadi mengembangkan berbagai macam kopi untuk memenuhi hasrat kekinian para
pecinta kopi. Inovasi ini adalah Kapal Api Easy Drip. Kopi ini dikemas langsung
dalam wadah drip bag, tanpa ampas. Kopi ini membawa sensasi ngopi di kafe,
namun dengan aroma dan cita rasa yang jelas lebih enak.
Ada tiga varian
Easy Drip. Yang pertama adalah Flores
Manggarai Blend yang membuncahkan aroma fruity dan sedikit aroma tembakau di
ujungnya. Lalu ada Luwak Blend. Tentu Anda tahu kopi Luwak yang terkenal paling
mahal sedunia.Nah, Luwak Blend ini memadukan kopi luwak Tanah Toraja dengan
kopi pilihan Kapal Api. Rasanya? Ya jelas lebih enak.
Dan yang terakhir adalah Brazilian Blend. Kopi ini juga
perpaduan Kopi Kapal Api dengan kopi Arabika dari Brazil yang memiliki tingkat
keasaman lebih rendah, hingga manisnya terasa.
Nah, itu baru sedikit cerita saya tentang Kopi Kapal Api. Apa cerita kamu tentang kopi legendaris Indonesia ini? Share versi #KapalApiPunyaCerita kamu ya..
Nah, itu baru sedikit cerita saya tentang Kopi Kapal Api. Apa cerita kamu tentang kopi legendaris Indonesia ini? Share versi #KapalApiPunyaCerita kamu ya..
Comments
Post a Comment