![]() |
Si Kecil diperiksa dokter. Diperlukan dokter yang ramah dan persuasif agar si kecil nyaman. |
Pernah nggak sih merasa takut ke dokter gigi? Sampai
sekarang aja, sampai sudah setua ini saya masih suka gentar lihat peralatan
dokter gigi, apalagi kalau dengar suara bornya. Hadeeh… ngiluuu.. Padahal gigi
saya belum diapa-apain.
Nah, gimana kalau si kecil tiba-tiba giginya berlubang. Nah
lho, padahal dia belum pernah ke dokter gigi. Awalnya saya yang panik duluan.
Takut, kalau dia bakal takut. Takut, kalau dia cranky di tempat dokter, daaan…
berbagai rasa takut lainnya.
Eit, meski takut atau ragu, nggak usah kita tunjukin di
depan anak kali ya. Sebisa mungkin kita tetap ceria. Karena, pengalaman saya
semakin saya menunjukkan rasa takut, si kecil pun ikut-ikutan takut, bahkan
takutnya lebih akut.
Mengenalkan sesuatu untuk yang pertama kalinya memang
kadang butuh trik khusus. Nah, ini yang saya coba lakukan ketika si kecil harus
dibawa ke dokter gigi.
1. Survei
dokter gigi yang cocok untuk si kecil
Kalau
sudah punya langganan dokter yang baik, itu bagus banget. Tapi kalau agak picky
atau nggak bisa sembarang dokter seperti saya, mungkin lain cerita.
Yang
saya lakukan pertama kali adalah browsing di Google, mencari dokter terdekat
plus lihat reviewnya. Setelah itu akan saya kunjungi untuk mengetahui langsung
tempatnya.
Saya
juga menelepon, untuk mencari info sebanyak-banyaknya, tentang jam praktek,
dokternya siapa, apa bisa melayani pasien anak kecil, dan lain sebagainya. Dari
sini saya juga bisa menilai bagaimana pelayanan klinik atau rumah sakit
tersebut.
O
yes, akhirnya pilihan saya jatuh pada sebuah klinik kecil yang nyaman, dengan
perawat yang ramah, dan dokter yang tak kalah ramah.
![]() |
Dokter memberi dia waktu untuk mengamati ruangan, mencoba kursi pasien, dan melihat-lihat peralatan dokter. |
2. Sampaikan
pada dokter keadaan sesungguhnya
Sebelum dokter melakukan perawatan, saya menjelaskan bahwa
ini adalah pertama kali si kecil ke dokter. Boleh juga sih meminta dokter untuk
lebih ramah, hati-hati, dan lebih persuasif. Dokter yang ramah dengan anak akan
sangat membantu menenangkan hati anak.
3. Bawakan
mainan kesukaan anak
Saya merasakan kegelisahan si kecil ketika mau berangkat
ke dokter. Karena itu saya izinkan ia membawa mobil mainan kesukaannya. Beberapa
permintaannya pun saya turuti, termasuk ketika ia meminta saya memotretnya saat
sedang diperiksa. Ok deh Nak, asal nggak minta mainan baru aja ya.. hehehe..
4. Briefing
si kecil sebelum berangkat
Ini sangat penting untuk dilakukan, agar ia lebih paham
dan lebih tenang. Serta untuk mengurangi risiko cranky di tengah jalan. Saya
menjelaskan apa yang kira-kira akan dilakukan dokter, dari mulai membuka mulut,
apa yang diperiksa, dengan alat apa, dan nantinya apa yang akan dilakukan pada
giginya yang sakit.
Yang sedikit sulit adalah ketika dia bertanya, “Sakit
nggak Ma?” Butuh beberapa detik sebelum saya menjawab. “Mungkin akan ada
sedikit rasa sakit Nak, tapi setelah itu tidak sakit lagi. Akan lebih sakit
lagi kalau kamu tidak ke dokter sekarang,” Saya menjawabnya dengan jujur dengan
tetap sumringah, dengan harapan pengalaman kali pertamanya ini akan membuatnya
lebih kuat dan tegar.
![]() |
Karena sudah pernah saya ajak menemani saya konsul gigi, si kecil jadi lumayan tenang. |
5. Jangan
menakut-nakuti anak
Kenapa anak merasa takut terhadap sesuatu? Salah satunya
menurut saya karena ia sering ditakut-takuti. Saya membriefing si kecil untuk
ke dokter gigi sejak ia kecil. Saya selalu mengajaknya ikut saat saya periksa
gigi. Saya bercerita tentang bagaimana dokter merawat gigi saya, dan dia pun
mendengarkan dan mengamati ruang dokter dengan seksama. Rasa sakitnya pun saya
ceritakan, termasuk ketegaran dan keberanian saya menghadapi rasa sakit.
Meski masih ada rasa takut ketika datang untuk pertama
kalinya, paling tidak ia sudah pernah berada di ruang dokter gigi. Sudah pernah
melihat peralatannya, ngobrol dengan dokternya, dan melihat mamanya sendiri
menjadi pasien.
Dan hikmah penting setelah pergi ke dokter gigi adalah,
anak jadi rajin sikat gigi dan lebih peduli dengan kesehatan giginya. Yaah..
setidaknya dia mengerti dan mengikuti perintah emaknya untuk kumur usai makan
coklat. Nggak mau sakit gigi lagi kan Nak..?
Comments
Post a Comment